Mohon maaf, untuk saat ini data belum tersedia...
| Hari ini | : | 86 |
| Kemarin | : | 213 |
| Total | : | 25.361 |
| Sistem Operasi | : | Unknown Platform |
| IP Address | : | 216.73.216.52 |
| Browser | : | Mozilla 5.0 |
Info
Hujan deras yang turun tanpa henti sejak sore itu berubah menjadi mimpi buruk bagi ribuan warga di Pulau Sumatra. Saat sebagian besar warga terlelap, air bah datang menerjang permukiman dengan kecepatan yang tak sempat memberi waktu untuk menyelamatkan diri. Dalam hitungan menit, rumah-rumah luluh lantak, keluarga tercerai-berai, dan jeritan minta tolong tenggelam oleh derasnya arus.
Hingga pertengahan Desember 2025, banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah merenggut lebih dari 1.000 korban jiwa. Ratusan lainnya masih dinyatakan hilang, tertimbun longsor atau terseret arus sungai yang meluap. Di Sumatera Utara, kawasan Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kota Sibolga menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya bencana tersebut. Banyak korban ditemukan dalam kondisi memeluk anggota keluarganya, menandakan upaya terakhir untuk saling menyelamatkan. Di Aceh Tamiang dan Bener Meriah, air masuk ke rumah-rumah warga hingga atap. Sejumlah korban diketahui adalah lansia dan anak-anak yang tidak sempat menyelamatkan diri. “Air datang tiba-tiba, gelap, kami hanya bisa berteriak,” ujar seorang penyintas sambil menahan tangis di posko pengungsian. Kini, puluhan ribu keluarga harus bertahan di tenda darurat, berbagi ruang sempit dengan rasa kehilangan yang mendalam.
Kondisi serupa terjadi di Sumatera Barat. Longsor di Padang Pariaman dan Padang Panjang merenggut puluhan nyawa dan mengubur rumah-rumah warga. Sejumlah orang tua masih menunggu kabar anaknya yang belum ditemukan. Di antara puing-puing rumah, petugas SAR menggali tanah dengan tangan kosong ketika alat berat tak bisa menjangkau lokasi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan ratusan ribu warga kini mengungsi. Bantuan makanan, selimut, dan layanan kesehatan terus disalurkan, meski medan berat dan cuaca ekstrem memperlambat distribusi. Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, dan relawan masih berjibaku mencari korban hilang, berpacu dengan waktu dan hujan yang terus turun.
Banjir Sumatra 2025 bukan sekadar angka statistik korban. Ia adalah cerita tentang keluarga yang terpisah, rumah yang hilang, dan masa depan yang mendadak runtuh. Di balik upaya pemulihan, warga berharap tragedi ini menjadi pelajaran agar nyawa manusia tidak lagi menjadi harga yang harus dibayar setiap kali hujan turun dengan deras.
Sumber dokumentasi: kompas.com
Hubungi Aparatur Desa Untuk mendapatkan PIN
Total Populasi Desa Talkandang
3384 3384
3409 6793
6793
6793 6793
TOTAL : 13586 ORANG
(BELUM MENGISI DATA 6793 ORANG)
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
| Alamat | : | Lugundang Timur |
| Desa | : | Talkandang |
| Kecamatan | : | Situbondo |
| Kabupaten | : | Situbondo |
| Kodepos | : | 68315 |
| Anggaran | : | Rp 2.155.788.352,00 |
| Realisasi | : | RP 1.490.844.035,00 |
69.16%
| Anggaran | : | Rp 2.028.026.591,68 |
| Realisasi | : | RP 1.082.453.500,78 |
53.37%
| Anggaran | : | Rp -127.761.760,32 |
| Realisasi | : | RP 15.643.991,68 |
-12.24%
| Anggaran | : | Rp 74.227.000,00 |
| Realisasi | : | RP 0,00 |
0%
| Anggaran | : | Rp 1.146.463.000,00 |
| Realisasi | : | RP 687.877.800,00 |
60%
| Anggaran | : | Rp 65.317.000,00 |
| Realisasi | : | RP 65.317.000,00 |
100%
| Anggaran | : | Rp 650.161.000,00 |
| Realisasi | : | RP 548.806.000,00 |
84.41%
| Anggaran | : | Rp 167.500.000,00 |
| Realisasi | : | RP 170.000.000,00 |
101.49%
| Anggaran | : | Rp 49.620.352,00 |
| Realisasi | : | RP 6.965.100,00 |
14.04%
| Anggaran | : | Rp 2.500.000,00 |
| Realisasi | : | RP 11.878.135,00 |
475.13%
| Anggaran | : | Rp 982.045.570,68 |
| Realisasi | : | RP 632.304.252,78 |
64.39%
| Anggaran | : | Rp 464.681.248,00 |
| Realisasi | : | RP 326.849.248,00 |
70.34%
| Anggaran | : | Rp 42.000.000,00 |
| Realisasi | : | RP 30.000.000,00 |
71.43%
| Anggaran | : | Rp 420.499.773,00 |
| Realisasi | : | RP 4.200.000,00 |
1%
| Anggaran | : | Rp 118.800.000,00 |
| Realisasi | : | RP 89.100.000,00 |
75%
Hujan deras yang turun tanpa henti sejak sore itu berubah menjadi mimpi buruk bagi ribuan warga di Pulau Sumatra. Saat sebagian besar warga terlelap, air bah datang menerjang permukiman dengan kecepatan yang tak sempat memberi waktu untuk menyelamatkan diri. Dalam hitungan menit, rumah-rumah luluh lantak, keluarga tercerai-berai, dan jeritan minta tolong tenggelam oleh derasnya arus.
Hingga pertengahan Desember 2025, banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat telah merenggut lebih dari 1.000 korban jiwa. Ratusan lainnya masih dinyatakan hilang, tertimbun longsor atau terseret arus sungai yang meluap. Di Sumatera Utara, kawasan Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kota Sibolga menjadi saksi bisu betapa dahsyatnya bencana tersebut. Banyak korban ditemukan dalam kondisi memeluk anggota keluarganya, menandakan upaya terakhir untuk saling menyelamatkan. Di Aceh Tamiang dan Bener Meriah, air masuk ke rumah-rumah warga hingga atap. Sejumlah korban diketahui adalah lansia dan anak-anak yang tidak sempat menyelamatkan diri. “Air datang tiba-tiba, gelap, kami hanya bisa berteriak,” ujar seorang penyintas sambil menahan tangis di posko pengungsian. Kini, puluhan ribu keluarga harus bertahan di tenda darurat, berbagi ruang sempit dengan rasa kehilangan yang mendalam.
Kondisi serupa terjadi di Sumatera Barat. Longsor di Padang Pariaman dan Padang Panjang merenggut puluhan nyawa dan mengubur rumah-rumah warga. Sejumlah orang tua masih menunggu kabar anaknya yang belum ditemukan. Di antara puing-puing rumah, petugas SAR menggali tanah dengan tangan kosong ketika alat berat tak bisa menjangkau lokasi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan ratusan ribu warga kini mengungsi. Bantuan makanan, selimut, dan layanan kesehatan terus disalurkan, meski medan berat dan cuaca ekstrem memperlambat distribusi. Tim SAR gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, dan relawan masih berjibaku mencari korban hilang, berpacu dengan waktu dan hujan yang terus turun.
Banjir Sumatra 2025 bukan sekadar angka statistik korban. Ia adalah cerita tentang keluarga yang terpisah, rumah yang hilang, dan masa depan yang mendadak runtuh. Di balik upaya pemulihan, warga berharap tragedi ini menjadi pelajaran agar nyawa manusia tidak lagi menjadi harga yang harus dibayar setiap kali hujan turun dengan deras.
Sumber dokumentasi: kompas.com